Te-Minutes – Generasi Z di Kabupaten Batang Hari menunjukkan respons positif terhadap pelaksanaan Lomba Menulis Esai yang digelar oleh Batang Hari Magazine untuk para pejabat eselon II, eselon III, serta anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP). Kompetisi yang dihelat dalam rangka memperingati HUT ke-77 Kabupaten Batang Hari ini dinilai sebagai langkah progresif dalam menghadirkan budaya literasi yang inklusif dan dinamis.
Bagi Gen Z, lomba yang menyasar para pejabat daerah ini bukan sekadar agenda seremonial, tetapi sebuah terobosan yang memperlihatkan keterbukaan pemerintah dalam menghidupkan dialog intelektual melalui tulisan. Mereka melihat bahwa kompetisi tersebut dapat menjadi medium bagi para pemimpin daerah untuk mengekspresikan gagasan, visi, serta pemikiran mereka tentang perjalanan pembangunan Batang Hari.
Sebagian besar suara Gen Z menilai keberadaan lomba ini sebagai bentuk teladan literasi yang penting. Generasi muda memandang bahwa pejabat publik yang terbiasa menulis menunjukkan pola pikir yang sistematis, empati sosial, serta kemampuan analitis yang kuat. Hal ini menjadi contoh yang mendorong generasi muda untuk terus mengasah kemampuan literasi mereka, terutama di tengah derasnya arus informasi digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gen Z juga mengapresiasi bagaimana Batang Hari Magazine menciptakan ruang kompetisi yang mendorong pembentukan budaya literasi di semua lapisan. Menurut mereka, lomba seperti ini memungkinkan publik melihat sisi humanis dan intelektual para pejabat, sekaligus mencerminkan komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia dan menggairahkan ekosistem berpikir kritis di masyarakat.
Muhammad Imam Arifin, salah seorang Gen Z Batang Hari, turut menyampaikan pandangannya. Ia menilai lomba esai ini sebagai langkah segar dan inspiratif.
“Menurut saya, ini bukan hanya lomba biasa. Ini bukti bahwa pemerintah kita mau membuka ruang literasi yang lebih luas. Ketika pejabat menulis, mereka tidak hanya menunjukkan gagasan, tetapi juga memberi contoh langsung kepada kami, anak muda, bahwa berpikir kritis itu penting. Saya berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi tradisi baru di Batang Hari,” ujarnya.
Dalam pandangannya, tema yang diangkat yakni refleksi tentang wajah Kabupaten Batang Hari di usia ke-77 menjadi kesempatan bagi para pejabat dan anggota DWP untuk menghadirkan narasi yang jujur, visioner, dan progresif. Mereka berharap karya-karya yang lahir dari lomba ini mampu membuka dialog baru tentang masa depan daerah serta memperkuat identitas Batang Hari sebagai kabupaten yang terus berkembang.
Pada akhirnya, bagi Gen Z, lomba menulis ini bukan hanya kompetisi, tetapi momentum untuk memperkuat sinergi lintas generasi. Para pemimpin menunjukkan keteladanan intelektual, sementara generasi muda terinspirasi untuk terus mengambil bagian dalam gerakan literasi yang lebih luas, relevan, dan berkelanjutan. Lomba ini, menurut mereka, layak dilanjutkan dan diperluas sebagai tradisi literasi baru yang sejalan dengan perkembangan zaman.






